supaya iman kamu
jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah
(
1 Kor 2:5)
Ketika akan pindah ke tempat pelayanan yang baru, di
daerah terpencil, Seorang pelayan diberangkatkan jemaat dengan mengungkapkan keraguanya atas kesiapan
dan kemampuan pelayan tersebut menghadapi kerasnya alam di daerah tersebut. “Amang kami ragu atas kesiapan amang
berangkat kesana, amang tak akan mampu dengan kondisi kesehatan seperti ini
menaklukkan alam sekeras itu, belum lagi fasiltas kesahatan tidak ada di sana,
di tolak ajalah penempatan itu, kalau perlu kita demo saja supaya amang tetap
disini. Lagi pula bagaimana dengan kami? Iman kami akan kering kalau ditinggal
oleh amang”. Mendengar itu pelayan tersebut berkata: Satu sisi saya senang
atas perhatian dan kekuatiran atas kesehatan dan kelemahan saya yang lain,
tetapi bagi saya itu menjadi “kekuatan” untuk berangkat segera, karena dengan
keprihatinan itu maka bapak/ibu akan mendoakan saya, menyerahkan saya pada
kuasa Allah. Selain itu, dengan kelemahan ini maka saya akan semakin
merendahkan diri serta mengabdikan diri serta pelayanan saya secara total pada
kuasa Allah dan kehendakNya, karena keberhasilan pelayanan bergantung pada
Kekuatan dan Kuasa Allah bukan kekuatan saya. Disisi lain saya juga merasa
sedih atas respon terakhir “ iman kami akan kering kalau ditinggal”.
Menyedihkan karena pertumbuhan iman bukan terletak pada penghotbah/pendeta
tetapi pada kekuatan Roh Kudus.
Dalam perjanjian baru ,segala
kelemahan dalam pemberitaan Injil baik dari segi hikmat maupun fisik dilihat
Paulus justru sebagai keuntungan untuk mengajar jemaat. 1 Kor 1:4-5 dikatakan
bahwa keberhasilan pemberitaan Injil
dalam menumbuhkan iman tergantung pada kekuatan Roh/Kuasa Allah bukan tergantung pada hikmat
manusia, bukan pula teknik penyampaian, bahasa yang indah serta penampilan
Fisik, meskipun itu penting. Iman adalah hasil perbuatan Roh Kudus yang adalah
kekuatan Allah, sebab Injil diberitakan dan disampaikan dengan dan oleh kuasa
Roh ( bnd 1 Tes 1:5; Rom 15: 19; 1 Kor 4:20). Roh lah yang menginsafkan manusia
atas dosa, kebenaran, dan penghakiman ( Yoh 16: 8), Roh Kudus yang akan
menyatakan kebenaran agar manusia mengenal Tuhan ( Mat 22: 43) bukan hikmat
atau kuasa manusia, meski iman tidak menghancurkan penalran tetapi menawan
penalaran/pengetahuan dan meneranginya. Dalam 1 Kor 2:5 ini Paulus tak ingin
jemaat tertawan oleh hikmat manusia (bandingkan dengan jemaat dalam cerita
diatas) yang meragukan dan mencemooh ketidaklayakan, yang menertawakan
pengakuan atas ketidaklayakan dan yang selalu memakai ratio dan akal sebagai
pusat, yang menyebabkan iman mudah buyar. Tetapi hendaklah bergantung pada
Kuasa Allah yang merubah ketidaklayakan menjadi layak, dan pengakuan atas
ketidaklayakan sebagai satu dasar Penyelamatan dan penyembuhan.
Iman seperti itulah yang
ditunjukkan oleh pelayan diatas. Kelemahan dan ketidaklayakannya dalam semua
argument hikmat dan retorika jemaat justru membawanya pada kekuatan untuk
segera berangkat dan tidak ada alasan
menolak penempatan tersebut. Sebab ia yakin untuk menggantungkan imannya
pada kuasa Allah yang merubah kelemahan dan ketidaklayakan itu menjadi
kekuatan. Dan iman menghubungkan kelemahan kita pada kekuatan Allah dalam Roh
Kudus yang senantiasa menyertai, yang akan memberi keberhasilan. Melalui nas
ini juga kita diingatkan agar tidak menggantungkan kering tidaknya iman kita pada kemampuan
pendeta melainkan pada kuasa Roh Kudus, sehingga tidak ada lagi alasa untuk
memilih-milih penghotbah atau melihat roster dulu baru beribadah. Sebaliknya
para pelayanpun jangan menyerah pada kelemahan tetapi justru kelemahan harus
membawa kita pada kerendahan hati dan penaklukan/pengabdian diri pada Allah.
Sebab pelayanan, penginjilan dan pertumbuhan Iman kita dan jemaat semata-mata
Pekerjaan Roh Kudus. Kewajiban murid-murid (pelayan) adalah menyerahkan diri
pada kuasa/kekuatan Allah dalam Roh Kudus tersebut. Dan perlu diingat bahwa
barang siapa yang percaya dan meyerahkan diri pada Allah di dalam Kristus tidak
akan dipermalukan ( 1 Pet 2: 6). AMIN
Hanya orang yang bergantung pada Allah yang dapat memimpin
hidupnya dan pendengarnya pada perjalanan dengan Allah
Pdt.
Dirgos Lumbantobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar