Sabtu, 07 Juli 2012

TUHAN MENGUTUS PEMBERITA FIRMAN (Yehezkiel 2:1-5)


Pendahuluan
Yehezkiel adalah seorang  nabi yang ikut  terbuang ke pembuangan Babel (umur 25 tahun) anak seorang imam  yang bernama Busi.  Dia terpanggil menjadi seorang Nabi pada umur 30 tahun, lima tahun setelah berada di pembuangan (1;1), dia bertempat tinggal di Tel-Abib, di tepi sungai  Kebar yang ada di Babel (1;3)  Bangsa Israel di buang ke pembuangan Babel (586 SM) oleh karena dosa dan kejahatan mereka sendiri, bukan karena   dosa generasi di depannya (generasi tua).  Sehingga  nasib  bangsa itu hanya bergantung  atas anugerah Allah semata-mata. Tanpa kepedulian Tuhan Allah terhadap mereka, mereka bagaikan  tulang-tulang yang amat kering (Yeh 37). Intervensi kasih Allah terhadap bangsa itu, membuka masa depan yang cerah bagi bangsa itu sendiri. Intervensi Allah-sebagai penyataan kasih dan kesetiaan Allah pada umatNYa yang meski memberontak- di awali dengan Pemanggilan dan pengutusan Yeheskiel sebagai nabi dari tengah umat pemberontak itu, sebagaimana akan di bahas dalam perikop kita hari  ini-yang tentunya kembali mengingatkan kita bahwa Allahlah yang memilih, mempersiapkan dan mengutus pemberita FirmanNya -sebagaimana tema minggu kita saat ini.


Penjelasan/Tafsiran Nas
Allah menyebut Yehezkiel "anak manusia" Sebutan ini menekankan kemanusiaan dan kelemahan sang nabi sehingga mengingatkannya bahwa dia tergantung pada kuasa Roh untuk melaksanakan pelayananya.  Meskipun saat itu ia diperkenankan menerima Penglihatan akan kemuliaan Allah (Bnd 1:1-28; 2 Kor 12:7) dan diutus menjadi Nabi, memiliki kuasa atas bangsa-bangsa (Bnd Yer 1:10) duta Allah yang penuh kuasa dan memiliki posisi yang penuh kehormatan tetapi ia harus mengigat bahwa ia anak manusia sehingga tetap merendahkan diri dihadapan Allah dan segala sesuatu kebaikan dan kehebatan yang ia lakukan bukan berasal dari dirinya sendiri sebagai manusia tetapi berkat rahmat Ilahi yang melaluinya ia memperoleh kemuliaan. Yesus juga memakai sebutan ini untuk mengacu kepada diri-Nya sendiri (Mat 8:20; 9:6; 11:19; Mr 2:28; 8:31,38; 9:9; Luk 5:24; Yoh 3:13), untuk menekankan hubungan-Nya dengan umat manusia dan ketergantungan-Nya pada Roh Kudus (bd. Dan 8:17).
Bangunlah dan berdiri karena aku hendak berbicara dengan Engkau. Adalah perintah Allah yang pertama pada nabi, Ketika Yehezkiel melihat Kemuliaan Allah Ia tersungkur menyembah Allah ( 1:28) sebagai  bentuk penghormatan, pujian pada Allah. Allah menghargai sikap penghormatan Yehezkiel tetapi Allah lebih menginginkan dia lebih siap untuk tugasnya yang digambarkan dengan posisi berdiri dalam ayat ini. Sikap penghormatan, kekaguman kita akan kuasa dan kemuliaan Allah tidak untuk menghambat melainkan mempercepat tindakan kita untuk Allah. Nabi tersungkur dalam ketakutan dan kekudusan Namun Allah langsung membangkitkannya kembali. Ini bukti bahwa barang siapa merendahkan dirinya dihadapan Allah ia akan ditinggikan. Hal penting dari ayat ini adalah Alalh akan berbicara pada umatnya/hambanya ketika mereka/kita siap untuk melakukan apa yang diperintahkanNya.
Kembalilah rohku kedalam aku (Versi Bhs Ingris: And the spirit entered into me; Hbr: waTTäºbö´ bî rûªH = roh masuk ke dalam aku) Tuhan menyuruhnya berdiri, tetapi ia tidak sanggup berdiri tegak oleh kekuatanya sendiri menghadapi/melihat kemulian Tuhan, maka Roh Allah masuk kedalam dirinya menegakkannya ( dan aku ditegakkanya). Roh lah yang menguatkan dan menjernihkan keinginan dan pemahaman Yesheskiel sehingga ia bisa berdiri/siap berhadapan dengan Tuhan dan mendengar Firman dan tugas yang akan di embanya. Artinya Yehezkiel dikuasai oleh Roh Allah untuk memberitakan berita Allah. Ketika itu dan saat ini, Allah menuntut bahwa umat-Nya diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk memberitakan Injil dengan efektif kepada semua bangsa (lih. Kis 1:8; Kis 2:4).
Diutus kepada bangsa pemberontak (ay 3-5) jelaslah bahwa pengutusan Yehezkiel didasarkan pada keprihantinan Allah atas pemberontakan, kedegilan bangsa Israel. Pengutusan ini tentu bertujuan  untuk membawa mereka kembali pada ketaaan. Karena pemberontakan mereka, Israel sudah seperti bangsa-bangsa lain dan sama seperti anak-anak Etopia (Amos 9:7) bahkan lebih parah lagi karena mereka memberontak dari dalam (Sebagai umat Allah) mulai dari nenek moyang mereka hingga saai ini (ay 3). Dan kepada bangsa pemberontak inilah Yehezkiel-yang adalah bagian dari bangsa itu- di utus. Pengutusan ini memberi kuasa dan otoritas bagi Yehezkiel untuk memperingatkan bangsa Itu baik mereka mendenagr atau tidak- karena sikap pemebrontakan mereka- nabi harus memberitakan Firman Tuhan untuk menunjukkan dan menyadarkan bangsa itu bahwa di tengah-tengah mereka ada nabi (ay 5). Aya 5 ini merupakan pemberitahuan awal bahwa nabi akan menghadapi rintangan dan penolakan dari bangsa itu namun ia harus terus menegur dan memberitakan firman Tuhan tanpa Takut karena Allah akan menyertainya (Lih 2:6-3:15). Dan setiap Perberitaan yang diucapkan oleh nabi haruslah memakai otoritas nama Allah (beginilah Firman Tuhan Allah) bukan memakai otoritas dirinya sebagai manusia. Sehingga ia datang dengan otoritas Allah dan bertanggungjawab pada Allah sang pengutus.

Aplikasi/renungan
1.      Allah tetap setia memperhatikan dan turun tangan dalam setiap proses kehidupan kita meski kita tidak setia/memperhatikan Dia dan perintah-perintahNya. Dia mengutus para hambaNya-sebagai perpanjangan tanganNya- untuk terus menerus memperingatkan umat agar kembali pada jalan yang benar.
2.      Apapun kedudukan dan kehebatan kita janganlah kiranya membuat kita menjadi lupa diri dan mengganggap apa yang kita punya (jabatan, kekayaan, kuasa, kehormatan) adalah karena kekuatan kita sendiri melainkan kiranya kita tetap menyadari kemahakuasaan Allah dalam kehidupan kita sehingga kita tetap rendah hati.
3.      Kekuatan utusan Allah terletak pada kuasa Roh yang dicurahkan Oleh Allah, untuk memampukan kita berdiri teguh dan berkarya memberitakan Firman dengan benar. Bukan pada kekuatan sendiri, sehingga ia datang dengan Otoritas Allah dan bertangungjawab pada Allah.
4.      Sikap sujud, hormat dan pujian kita pada Allah hendaklah menunjukkan rasa siap kita untuk melakukan kehendak Allah bukan malah membuat kita terperangah dan tidak melakukan apapun. Oleh karena itu sudakah ibadah kita menolong kita untuk tanggap melaksanakan firman dan perintah Allah atau malah menjauhkan kita dari firman dan perintah Allah? Mari merenung bersama. Amin

Pdt. D. Lumbantobing

1 komentar:

Sri Dewi Panjaitan mengatakan...

mauliate panditanami.....
sai sehat ma torus amang pandita i, asa boi mambahen tulisan na mangurupi angka parjamita dohot pamorahon taringot tu hata ni Tuhan tu
angka na manjaha....