Pendahuluan
Yehezkiel adalah
seorang nabi yang ikut terbuang ke pembuangan Babel (umur 25 tahun)
anak seorang imam yang bernama Busi.
Dia terpanggil menjadi seorang Nabi pada umur 30 tahun, lima tahun
setelah berada di pembuangan (1;1), dia bertempat tinggal di Tel-Abib, di tepi
sungai Kebar yang ada di Babel (1;3)
Bangsa Israel di buang ke pembuangan Babel (586 SM) oleh karena dosa dan
kejahatan mereka sendiri, bukan karena dosa generasi di depannya
(generasi tua). Sehingga nasib
bangsa itu hanya bergantung atas anugerah Allah semata-mata. Tanpa
kepedulian Tuhan Allah terhadap mereka, mereka bagaikan tulang-tulang
yang amat kering (Yeh 37). Intervensi kasih Allah terhadap bangsa itu, membuka
masa depan yang cerah bagi bangsa itu sendiri. Intervensi Allah-sebagai
penyataan kasih dan kesetiaan Allah pada umatNYa yang meski memberontak- di
awali dengan Pemanggilan dan pengutusan Yeheskiel sebagai nabi dari tengah umat
pemberontak itu, sebagaimana akan di bahas dalam perikop kita hari ini-yang tentunya kembali mengingatkan kita
bahwa Allahlah yang memilih, mempersiapkan dan mengutus pemberita FirmanNya -sebagaimana
tema minggu kita saat ini.
Penjelasan/Tafsiran Nas
Allah
menyebut Yehezkiel "anak manusia" Sebutan ini menekankan kemanusiaan
dan kelemahan sang nabi sehingga mengingatkannya bahwa dia tergantung pada
kuasa Roh untuk melaksanakan pelayananya. Meskipun saat itu ia diperkenankan menerima
Penglihatan akan kemuliaan Allah (Bnd 1:1-28; 2 Kor 12:7) dan diutus menjadi
Nabi, memiliki kuasa atas bangsa-bangsa (Bnd Yer 1:10) duta Allah yang penuh
kuasa dan memiliki posisi yang penuh kehormatan tetapi ia harus mengigat bahwa
ia anak manusia sehingga tetap merendahkan diri dihadapan Allah dan segala
sesuatu kebaikan dan kehebatan yang ia lakukan bukan berasal dari dirinya
sendiri sebagai manusia tetapi berkat rahmat Ilahi yang melaluinya ia
memperoleh kemuliaan. Yesus juga memakai sebutan ini untuk mengacu kepada
diri-Nya sendiri (Mat
8:20; 9:6; 11:19; Mr
2:28; 8:31,38; 9:9; Luk
5:24;
Yoh
3:13),
untuk menekankan hubungan-Nya dengan umat manusia dan ketergantungan-Nya pada
Roh Kudus (bd. Dan
8:17).
Bangunlah dan berdiri karena aku
hendak berbicara dengan Engkau. Adalah perintah Allah
yang pertama pada nabi, Ketika Yehezkiel melihat Kemuliaan Allah Ia tersungkur
menyembah Allah ( 1:28) sebagai bentuk
penghormatan, pujian pada Allah. Allah menghargai sikap penghormatan Yehezkiel tetapi
Allah lebih menginginkan dia lebih siap untuk tugasnya yang digambarkan dengan
posisi berdiri dalam ayat ini. Sikap penghormatan, kekaguman kita akan kuasa
dan kemuliaan Allah tidak untuk menghambat melainkan mempercepat tindakan kita
untuk Allah. Nabi tersungkur dalam ketakutan dan kekudusan Namun Allah langsung
membangkitkannya kembali. Ini bukti bahwa barang siapa merendahkan dirinya
dihadapan Allah ia akan ditinggikan. Hal penting dari ayat ini adalah Alalh
akan berbicara pada umatnya/hambanya ketika mereka/kita siap untuk melakukan
apa yang diperintahkanNya.
Kembalilah rohku kedalam aku (Versi
Bhs Ingris: And the spirit entered into me; Hbr: waTTäºbö´ bî rûªH = roh masuk ke dalam aku) Tuhan menyuruhnya berdiri,
tetapi ia tidak sanggup berdiri tegak oleh kekuatanya sendiri
menghadapi/melihat kemulian Tuhan, maka Roh Allah masuk kedalam dirinya
menegakkannya ( dan aku ditegakkanya).
Roh lah yang menguatkan dan menjernihkan keinginan dan pemahaman Yesheskiel sehingga
ia bisa berdiri/siap berhadapan dengan Tuhan dan mendengar Firman dan tugas
yang akan di embanya. Artinya Yehezkiel dikuasai oleh Roh Allah
untuk memberitakan berita Allah. Ketika itu dan saat ini, Allah menuntut bahwa
umat-Nya diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk memberitakan Injil dengan efektif
kepada semua bangsa (lih. Kis
1:8;
Kis
2:4).
Diutus kepada bangsa pemberontak
(ay 3-5) jelaslah bahwa pengutusan Yehezkiel didasarkan pada
keprihantinan Allah atas pemberontakan, kedegilan bangsa Israel. Pengutusan ini
tentu bertujuan untuk membawa mereka
kembali pada ketaaan. Karena pemberontakan mereka, Israel sudah seperti
bangsa-bangsa lain dan sama seperti anak-anak Etopia (Amos 9:7) bahkan lebih
parah lagi karena mereka memberontak dari dalam (Sebagai umat Allah) mulai dari
nenek moyang mereka hingga saai ini (ay 3). Dan kepada bangsa pemberontak
inilah Yehezkiel-yang adalah bagian dari bangsa itu- di utus. Pengutusan ini
memberi kuasa dan otoritas bagi Yehezkiel untuk memperingatkan bangsa Itu baik
mereka mendenagr atau tidak- karena sikap pemebrontakan mereka- nabi harus
memberitakan Firman Tuhan untuk menunjukkan dan menyadarkan bangsa itu bahwa di
tengah-tengah mereka ada nabi (ay 5). Aya 5 ini merupakan pemberitahuan awal
bahwa nabi akan menghadapi rintangan dan penolakan dari bangsa itu namun ia
harus terus menegur dan memberitakan firman Tuhan tanpa Takut karena Allah akan
menyertainya (Lih 2:6-3:15). Dan setiap Perberitaan yang diucapkan oleh nabi
haruslah memakai otoritas nama Allah (beginilah Firman Tuhan Allah) bukan memakai
otoritas dirinya sebagai manusia. Sehingga ia datang dengan otoritas Allah dan
bertanggungjawab pada Allah sang pengutus.
Aplikasi/renungan
1. Allah
tetap setia memperhatikan dan turun tangan dalam setiap proses kehidupan kita
meski kita tidak setia/memperhatikan Dia dan perintah-perintahNya. Dia mengutus
para hambaNya-sebagai perpanjangan tanganNya- untuk terus menerus
memperingatkan umat agar kembali pada jalan yang benar.
2. Apapun
kedudukan dan kehebatan kita janganlah kiranya membuat kita menjadi lupa diri
dan mengganggap apa yang kita punya (jabatan, kekayaan, kuasa, kehormatan)
adalah karena kekuatan kita sendiri melainkan kiranya kita tetap menyadari
kemahakuasaan Allah dalam kehidupan kita sehingga kita tetap rendah hati.
3. Kekuatan
utusan Allah terletak pada kuasa Roh yang dicurahkan Oleh Allah, untuk
memampukan kita berdiri teguh dan berkarya memberitakan Firman dengan benar.
Bukan pada kekuatan sendiri, sehingga ia datang dengan Otoritas Allah dan
bertangungjawab pada Allah.
4. Sikap
sujud, hormat dan pujian kita pada Allah hendaklah menunjukkan rasa siap kita
untuk melakukan kehendak Allah bukan malah membuat kita terperangah dan tidak
melakukan apapun. Oleh karena itu sudakah ibadah kita menolong kita untuk
tanggap melaksanakan firman dan perintah Allah atau malah menjauhkan kita dari
firman dan perintah Allah? Mari merenung bersama. Amin
Pdt. D. Lumbantobing
1 komentar:
mauliate panditanami.....
sai sehat ma torus amang pandita i, asa boi mambahen tulisan na mangurupi angka parjamita dohot pamorahon taringot tu hata ni Tuhan tu
angka na manjaha....
Posting Komentar