Pagi ini saya membaca status di facebook
demikian: Saya hanya ingin bersamamu dua
saat saja, yakni sekarang dan selamanya. Sejauh manakah anda akan melayang jika
perkataan ini dikatakan kepada anda? Ini sebuah statement yang saya pikir
menarik, karena bermakna penyertaan, kehadiran, memiliki untuk selamannya. Dan
saya mencoba mengganti kalimat kedua menjadi: apa yang
anda rasakan jika itu dikatakan kepada anda?. Jawaban untuk ini tentu
pertama tama berdasar pada siapa yang mengatakan itu, jika penjahat maka akan
kita tolak dan mungkin perasaan kita akan galau, tetapi kalau itu diucapkan
oleh pacar-atau katakanlah orang yang kita kasihi, maka ribuan jawaban yang
mungkin muncul dari kita. Merasakan betapa hati dan jiwa melayang keangkasa
karena begitu bahagia, nyaman, tenang, jiwaku segar, damai karena tidak takut
lagi ditinggal sendiri, optimis menjalani hubungan, oh saya merasa menjadi
orang paling bahagia di dunia, orang yang merindukan hari esok menatikan hal-hal
indah hidup bersamanya, dll.
Tentu seorang muda akan berkata, begitu
damainya mendengar perkaatan itu, ingin selalu kudengar berulang ulang. Kenapa?
Karena ada yang menjaga hati, asa, tubuh dan hidupnya kini dan selamanya yakni
orang yang mengasihi dan dikasihinya. Dan ia pun tentu berusaha menjadi orang
yang disukainya bukan ? supaya tidak berpaling pada hati yang lain, dan tentu
dia akan takut kehilangannya, dia akan pasrah dan berserah diri padanya.
Selanjutnya ia akan merasa bertemu dengan curahan air segar ketika bertemu
dengannya, yang mengobati kepenatan, kejenuhan dan kesimpangsiuran aktivitas
sehari hari. Itu sebabnya setelah seharian repot dalam dinamika kehidupan ia
ingin bertemu, istrirahat dari kepenatan, duduk tenang dengan dia menikmati
secangkir teh dan bersanda gurau. Hmm alangkah indahnya.
Ketika membaca teks Mazmur 23:1-6 ini
penhayatan saya kali ini berpusat pada kata Engkau besertaku (ay 4) dan seumur
hidupku (ay 6). Artinya besertaku selamanya, jadinya saya teringat status FB
diatas. Aku ingin bersamamu saat ini dan selamanya. Inilah yang di imani serta
dialami oleh Raja Daud dalam hidupnya dan digubahnya dalam masmur ini, sehingga
jelaslah Mazmur ini bukan sekedar uraian teoristis tetapi pengalaman hidup. Betapa
bahagianya Daud dalam penyertaan Tuhan selamanya, ia ingin selalu bertemu,
hatinya damai, teduh, tidak takut karena ada yang menjaga hati, pikiran, asa,
hidup dan fisiknya yaitu Allah yang menggembalakannya. Gembala yang baik adalah
Tuhan sendiri. Ini yang dialami dan dihayati oleh Daud. Daud sungguh-sungguh
merasakan Tuhan membimbing, menuntun, dan memeliharanya. Ia memang tidak selalu
bergelimang kesuksesan. Ia pun kerap hidup dalam kesulitan; pernah dibenci
setengah mati dan dikejar-kejar oleh Saul (1 samuel 19), pernah dikudeta oleh
Absalom, anaknya, dan terlunta melarikan diri (2 Samuel 15). Namun, Daud
merasakan betapa Tuhan tidak pernah jauh darinya. Pun dalam saat-saat tergelap
hidupnya, saat-saat kritis. Tuhan mencukupkan segala kebutuhannya. Tuhan
membimbingnya ke jalan yang benar. Tuhan menyegarkan jiwanya. Ia sungguh
merasakan jejak-jejak kasih dan pemeliharaan Tuhan dalam setiap jengkal
hidupnya.
Maka
marilah kita melihat kedalaman teks ini dari sudut pandang ini. Tuhan besertamu seumur hidup. Dari
pengalaman Daud yang digubahnya dalam mazmur ini, marilah kita bertanya ketika
Tuhan beserta kita sebagai gembala dan kita besertaNYa sebagai domba apa yang
diberikan dan dilakukanNYa untuk ku? nas
ini meberi jawaban konkret bahwa Allah menyediakan semua kebutuhan hidup kita;
kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, kebutuhan untuk di cintai, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan untuk diakui/dihargai dst itulah sebabnya dalam ayat 1
Daud berkata Tuhan adalah gembalaku ( yang menggerakkan, memotivasi,
mengarahkan, memengaruhi pola piker, perilaku dan keputusan keputusan dalam
hidup dll) takkan kekurangan aku . Dan ini akan kita dilihat dan nikmati satu
persatu:
- "Takkan kekurangan” artinya aku tidak kekurangan apapun yang diperlukan bagi pelaksanaan kehendak Allah dalam kehidupanku dan aku akan puas dengan pemeliharaan Gembala yang Baik serta perhatian-Nya kepadaku bahkan pada saat-saat mengalami kesulitan pribadi, karena aku mengandalkan kasih dan komitmen Allah kepadaku (bd. Yoh 10:11; Filipi 4:11-13) dan inilah uang dikatakan Yesus dalam Yoh 10: 9 …. , ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.. entah dimanapun ia menemukan yang dibutuhkannya.
2.
Membaringkan dipadang rumput tempat beristirahat yang empuk dan makanan
yang berkelimpahan. Kehadiran dan kedekatan sang Gembala
membuat domba, saya dan anda dapat "membaringkan diri" dengan tenang,
bebas dari segala ketakutan. Roh Kudus selaku Penghibur, Penasihat, dan
Penolong menyampaikan perhatian dan kehadiran Kristus sebagai gembala dalam
hidup (Yoh 14:16-18; 2 Tim 1:7). Istirahatku yang aman dalam kehadiran-Nya akan
dialami "di padang yang berumput hijau," yaitu di dalam Yesus Kristus
dan Firman Allah, yang dibutuhkan untuk kehidupan yang berlimpah (Yoh 6:32-36,
63; Yoh 8:31; Yoh 10:9; 15:7).
- Menuntun ke air yang tenang. Dalam Nas ini Tuhan diggambarkan sebagai gembala dan Daud/kita adalah domba gembalaanNYa. Biasanya pada saat tertentu setelah digiring ke padang rumput, makan lahap, istrahat sejenak sangat dibuuthkan dan tentu domba itu akan haus maka ia butuh air, yang biasanya tersedia dalam sungai-sungai disekitar padang rumput. Karena domba tidak terlalu pintar maka ia suka tersesat kedalam sungai untuk mencari air, lalu bulunya/woolnya karena basah menjadi berat dan ia tenggelam, maksud hati ingin beristirahat sambil menikmati air segar eh malah tenggelam. Oleh karena itu, kehadiran dan kedekatan sang gembala sangat diperlukan untuk menuntun mereka ke “air yang tenang” yang menjamin kenyamanan istrahat dan memastikan bulu/woolnya tidak basah serta menjamin keselamatan jiwanya, karena ia tidak akan tenggelam lagi.
- Menyegarkan jiwa. Dalam perjalan hidupnya raja Daud sang domba dalam nas ini sering merasa tertekan jiwanya oleh berbagai tekanan pekerjaan, keadaan keluarga dan posisinya sebagai raja, namun pengalamannya juga Tuhan selalu membangkitkan dan menyegerkan kembali jiwanya yang letih lesu dan putus asa (Maz 42:12), melalui kuasa dan kasih karunia-Nya. Dengan kata lain kehadiran dan kedekatan sang gembala menjamin kesegaran jiwanya.
- Menuntun dijalan yang benar. Dalam menggembalakan domba sebagai mana Daud juga lakukan (lih 1 Samuel 17:34-35) , sigembala tentu tidak hanya membawa dombanya pada satu padang rumput saja, karena pada saat tertentu rumput di sana habis. Domba-domba ini akan dibawa ke berbagai padang gurun yang berlainan arah. Domba domba ini tentu tidak tahu arah, karena mereka tidak pernah kesana sebelumnya, maka kehadiran dan kedekatan sang gembala sangat diperlukan untuk menuntun mereka di jalan yang benar sehingga tidak tersesat dan mati, karena gembala itu telah tahu jalan itu dan mepersiapjalan yang akan dilalui dombanya. Seperti itulah bimbingan Allah. Dia mengenal jalan yang dilalui karena Dialah yang mempersiapkan jalan itu. Namun, terkadang kita tak dapat melihat-Nya -- sehingga kita berusaha sebaik-baiknya untuk menuju tempat yang diinginkan-Nya dengan mengikuti tuntunan firman-Nya. Ada saat-saat di mana Dia seolah-olah bersembunyi dari kita. Kadang langkah-Nya tak secepat yang kita harapkan. Namun pada saat lain, kita ingin Dia memperlambat langkah-Nya.
6. Menghibur dalam bahaya memberi rasa aman. Secara alami,
gambaran domba menunjukkan bahwa mereka tidak dapat membela diri- mereka tidak
memiliki cakar, tanduk, atau taring- mereka tak berdaya. Oleh karena itu kehadiran
dan kedekatan sang gembala dengan tonggkat dan gada sangat diperlukan
untuk menjamin keamanan dan kenyaman hidup, ketika bahaya datang.
"Gada" (tongkat pendek) menjadi senjata pertahanan atau disiplin,
melambangkan kekuatan, kuasa, dan wibawa Allah (bd.Kel 21:20; Ayub 9:34).
"Tongkat" (tongkat ramping panjang yang salah satu ujungnya
melengkung) dipakai untuk mendekatkan domba-domba dengan gembalanya,
menuntunnya pada jalan yang benar atau menyelamatkannya dari kesulitan. Gada
dan tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan kita (bd. Maz.
71:21; 86:17). Disinilah Dauh berani berkata
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Dalam kekelaman, penderitaan ingatlah bahwa lengan-Nya yang penuh kasih takkan
pernah membiarkan kita pergi. Dia selalu menyertai kita. Secara perlahan tetapi pasti, Dia memberikan
kedamaian dan membebaskan kita dari kekelaman. Dia memberi terang. Dia memimpin
kita keluar. Pada akhirnya, kita terlepas dari lembah kekelaman
7.
Menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawan. Disini Daud menggambarkan, kehadiran dan kedekatan Allah tidak lagi
hanya untuk kebutuhan fisik dan tetapi
juga kebutuhan psikis jiwa dari dirinya yang lemah. Ia yang lemah diberi
pangakuan, diberi prestise di hadapan musuh-musuhnya. Ia diundang makan oleh
raja dan diberi makanan dihadapan musuh-musuhnya. Tidak ada yang bisa
menggangunya lagi, karena Allah sang raja yang menyediakan makanan ada disisNya
menjagannya. Dia bisa makan di meja Tuhan dalam iman, ucapan syukur, dan
harapan, tenteram dan terlindung oleh darah yang tercurah dan tubuh yang
terluka dari Gembala yang Baik ini. Selanjutnya dai diurapi sebagai tanda
kehormatan dan sukacita dan pilanya diisi berlimpah ruah. Piala di sini
menunjuk kepada piala seorang gembala yang merupakan sebuah batu besar yang
dilubangi dan dapat berisi 150-188 liter dan menjadi tempat minum domba-domba.
Secara singkat kehadiran dan kedekatan Allah sang gembala, menjamin kebutuhan
akan prestise, pengakuan dan ketenagan dihadapan musuh.
Dampak dari semua pemberian ini maka Daud mengakui bahwa Dengan sang
Gembala menemani aku sepanjang jalan hidup ini, aku akan menerima pertolongan,
kemurahan, dan dukungan. Tidak perduli apa yang terjadi aku dapat mempercayai
Gembala yang Baik akan bekerja melalui segala sesuatu demi kebaikanku (bdn Rom
8:28; Yak 5:11). Sasaran dari mengikuti sang Gembala serta mengalami kebaikan
dan kasih-Nya ialah agar pada suatu saat aku akan bersama Tuhan selama-lamanya
(1 Tes 4: 17), melihat wajah-Nya (Wah 22:4), dan melayani Dia sepanjang masa di
rumah-Nya).
Kebaikan Allah memberikan apa yang tidak layak kita
terima; belas kasihan-Nya menahan apa yang seharusnya kita terima. Dalam
kepedihan dan penderitaan, Bapa surgawi dengan setia memenuhi kebutuhan kita,
menghibur hati, dan memberi kita kekuatan untuk menanggung beban yang harus
kita tanggung. Meskipun kita adalah orang percaya, kita tetap berdosa dan tidak
memenuhi standar kudus yang ditetapkan oleh Putra-Nya, Yesus Kristus. Namun,
Dia tetap mencurahkan pengampunan- Nya dalam jiwa kita saat kita mengaku dosa.
Kita bisa saja menganggap diri sebagai orang yang baik, tetapi kita harus tetap
mengakui bahwa "kita telah mengabaikan hal-hal yang seharusnya kita
kerjakan, dan telah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan"
Saya pikir dengan apa yang dijelaskan di atas, maka
ketika Tuhan berkata kepada kita seperti status facebook itu: Aku
ingin bersamamu sekarang dan selamanya, maka harusnya kita adalah orang
yang paling bahagia dan akan berusaha menjadi anak yang disukaiNya dengan
bertindak taat pada arahan dan bimbingannya sehingga kita akan mengaminkan
bahwa:
1. JIka Tuhan yang menjadi Gembala hidup Kita yang
beserta kita selamanya, jalan curam dan berliku Tak perlu ditakutkan. Di tengah susah dan beratnya hidup ini, kita
perlu tetap belajar menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Kemahakuasaan-Nya akan tetap menyertai anak-anak-Nya. Inilah hal yang mesti
selalu kita ingat dan syukuri. Memang kita kerap "tidak melihat"
tangan Tuhan beserta kita, tetapi bukan berarti Tuhan tidak beserta kita.
Barangkali Tuhan membiarkan kita hanya melihat padang gurun yang gersang,
tetapi sesungguhnya Dia telah menyiapkan sungai di depan kita.
2.
Apabila mendekat pada Allah pikiran
kita dilegakan dan kekuatan kita dipulihkan! Kita semua membutuhkan istirahat
dalam hidup, tidak hanya karena dinamika kehidupan yang tak tertahankan, tetapi
karena kita tergantung pada sumber yang dimiliki Tuhan. Di tengah zaman yang
bergerak cepat, penting bagi kita untuk menemukan sebuah tempat yang sunyi,
"tempat untuk beristirahat, dekat di hati Allah". Dan perlu
memastikan kita tidak tenggelam ketika mencari tempat istrihat karena sesat
atau disesatkan, pastikan Tuhan menuntunmu pada air yang tenang bukan yang menghanyutkan.
3.
Bagi
Kita orang Percaya Allah lebih dekat daripada bahaya. Karena Allaha sang Gemabala berada disisi
kita sebelum bahaya datang, dan Ia tahu cara mengatasi bahaya itu. Tenangkan
serahkan HidupMu padaNYa jadikan IA menjadi yang terdekat dengan hidupmu
daripada apapun juga.
4. Tuhan beserta kita
Sekarang dan selamaNya. Maka kita adalah orang yang optimis menjalani hubungan
denganNya, orang yang merindukan hari esok menantikan hal-hal indah hidup
bersamaNYa dalam kemurahan dan kasih setiaNya. Berserah padaNYa dan Dia akan
besertamu sekarang dan selamanya dalam sukacita (JUBILATE). AMIN
Pdt. Dirgos Lumbantobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar