Untuk memahami makna judul (Identitas/Apa dan siapa/ Penatua)
dia atas maka langkah awalnya adalah melihat proses munculnya jabatan penatua
itu dalam gereja mula-mula sesuai dengan kesaksian Alkitab, dan bagaimana
jabatan itu juga akhirnya diadopsi sampai gereja Batak yang pertama didirikan
oleh Misionaris Nomensen hingga tetap diberlakukan pada gereja masa kini.
Munculnya Jabatan Penatua dalam
Perjanjian Baru (Gereja Mula-Mula)
Pada awal berdirinya gereja yang diyakini terjadi pada hari
pentakosta (kis 2) hanya ada 2 status dalam gereja yakni Para Murid Yesus
langsung (rasul) dan orang orang percaya. Rasul
dalam hal ini adalah murid Yesus yang bertemu dan bersama-sama dengan
Yesus yang sudah bangkit, oleh karena itu Yudas iskariot meski salah satu murid
Yesus tidak termasuk sebagai rasul sebab ia tidak bertemu dan bersama-sama
dengan Yesus yang bangkit. Sedangkan Paulus disebut rasul meski tidak murid
Yesus langsung, karena dia bertemu dengan Yesus yang bangkit itu ( 1 Kor 9: 1;
Rom 16: 7; 2 Kor 8: 23; Fil 2:25). Para rasul ini dalam perjalanan penginjilan akhirnya
memiliki para pengikut yang disebut dengan pemberita-pemberita Injil yang
semakin memperluas berdirinya gereja. Selanjutnya Para rasul merasa tidak puas
karena harus melalaikan Firman Allah untuk melayani meja , maka dipilihlah 7
orang Diaken yang membantu mereka dalam melayani orang miskin (kis 6:1-7).
Setelah orang percaya semakin banyak maka diperluakanlah gembala-gemabala yang kemudian dikenal dengan sebuatan penatua
dan Pengajar-pengajar yang selanjutnya disebut para guru yang focus pada
ajaran. Pengajar-pengajar dan Gembala itu membutuhkan pemimpin oleh karena itu
muncullah “penilik jemaat” yang berfungsi untuk menilik pelayanan
Pengajar-pengajar dan para gemabla apakah ia menguasai diri dan ajarannya.
Istilah penatua pada awalnya dipinjam dari sinagoge Yahudi.
Di Lingkungan Yahudi, setiap sinagoge mempunyai badan penatua yang terdiri dari
pemimpin, ahli-ahli taurat dan imam-imam besar ( Kis 4: 5-8:23). Mereka
berfungsi sebagai badan peradilan dan pemerintahan. Istilah dan jabatan penatua
(Yunani: Presbyteros), sebagai
jabatan gerejawi pada jemaat lokal dalam Alkitab pertama sekali ditemukan di
Jemaat Yerusalem, yakni pada waktu pengumpulan bantuan bagi orang Kristen
Yahudi yang mengalami kelaparan (Kis 11 :30). Para penatua inilah yang menerima
bantuan yang dikirim dari jemaat Anthiokia untuk disalurkan kepada mereka yang
membutuhkannya. Kemudian istilah penatua itu juga muncul dijemaat-jemaat yang non-Yahudi,
seperti jemaat di Efesus ( Kis 20: 17dst). Istilah penatua ini selalu muncul
dalam bentuk jamak, yang berarti di dalam sebuah jemaat mereka bertugas sebagai
BADAN atau sebuah MAJELIS.
Sampai pada abad pertama jabatan Penatua dan Penilik
jemaat merupakan satu jabatan yang tugasnya untuk mengajar dan memimpin jemaat.
Mereka merupakan gembala sekaligus sebagai guru yang menetap. Merekalah yang
membina pelaksaanaanm menjalankan disiplin dan tugas pastoral serta mengatur
pemakaian harta gereja. Mereka biasanya dipilih
dari antara orang-orang yang pertama sekali bertobat dari kalangan warga
jemaat itu, bukan dari yang baru bertobat (bnd, I Tim 3:6). Para penatua ini
ditetapkan dan diangkat oleh rasul-rasul atau utusannya melalui doa dan penumpangan tangan
dan setelah berdoa dan berpuasa mereka diserahkan kepada Tuhan untuk memulai
pelayanannya ( band Kis 14:23; Titus 1:5; Tim 5: 22; II Tim 1:6).
Sejak awal para penatua ini telah ambil bagian dalam
pemgambilan keputusan terhadap berbagai masalah yang dihadapi gereja bersama
dengan para rasul (bnd. Kis 15:2-6; 22-23; Kis 16: 4). Itulah sebabnya sampai
saat ini dalam pelayanan ditengah jemaat penatua senantiasa memiliki peranan
dalam penetapan keputusan dalam kehidupan pelayanan jemaat bahkan di GKPI turut
serta juga dalam Sinode Agung yang menjadi pengambil keputusan tertinggi dalam
tubuh GKPI. Selanjutnya dapat dilihat tugas para penatua itu antara lain
menggembalakan kawanan domba Allah dengan sukarela dan sesuai dengan kehendak
Allah (1 Pet 5:1-3) dan mendoakan serta mengoleskan minyak pada orang sakit (
Bnd Yak 5:14) serta sebagai pengatur rumah Allah (Titus 1:5-9).
Apa Beda Pendeta dengan penatua?? Sesungguhnya istilah
pendeta tidak dikenal dalam PB, tetapi Penatua disebutkan disebut 67 kali dalam berbagai arti dan
konteks. Jabatan penatua atau presbiter (Yun. Presbuteros, harfiah yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh)
diambil alih dari tradisi agama Yahudi dan mulai dipakai di gereja mungkin
sekitar satu dasawarsa setelah kelahiran gereja pertama. Di sini belum disebut
tentang pembedaan tugas di antara presbiter. Kemudian terjadi perkembangan.
Dalam surat terbitan tahun 140, yakni 1 dan 2 Timotius serta Titus, mulai
disebut tentang pembedaan jabatan presbiter/penatua. Di situ tertulis, “Penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang
dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar” (1 Tim. 5:17). Dalam teks aslinya
lebih tampak adanya dua macam penatua, yaitu “proetootes presbuteroi
(harfiah: penatua-penatua pengatur) dan logoo kai didaskalai presbuteroi
(harfiah: penatua-penatua pengkhotbah dan pengajar). Jabatan penatua pengatur
disebut lagi dalam Tit. 1:5-9 ketika dicatat prasyarat jabatan penatua. Dalam
ayat 5 tertulis, “Sebab sebagai pengatur rumah Allah...” (Yun. oos
theou oikonomon). Boleh dikata pekerjaan penatua pengajar (didaskalia
presbuteroi) pada zaman itu sejajar dengan apa yang sekarang kita sebut Pendeta. Empat belas abad kemudian,
sebagai bagian dari upaya reformasi, Calvin menghidupkan kembali perbedaan jabatan
presbiter, yaitu di satu pihak presbiter pengajar (teaching elder, lerend
ouderling) dan di lain pihak presbiter pengatur (ruling elder, heersend
ouderling). Selanjutnya presbiter pengajar lambat laun berkembang menjadi
pelayan Sabda atau prediker dan kemudian menjadi predikant atau pendeta.[2]
Dalam gereja
bersistem presbiterial-sinodal seperti GKPI pengambilan keputusan dan pimpinan bukan ada
pada dua atau tiga orang tertentu, melainkan pada suatu presbiterium atau
sidang para presbiter atau majelis para presbiter yang dalam tata gereja GKPI
dikenal dengan Majelis Jemaat. Dalam 1 Tim. 4:14 dipakai istilah “sidang
penatua” (Yun. tou presbutoriou, harfiah: rapat para presbiter atau majelis
para presbiter). Majelis presbiter ini terdiri dari presbiter pengajar dan
presbiter pengatur atau Pendeta dan
Penatua. Oleh karena itu dari sisi tugas dan tanggung jawab Pendeta dan penatua
tidaklah jauh beda, karena sesunguhnya pendeta itu adalah Seorang penatua
Pengajar. Beda pendeta dengan penatua hanya 2 yakni : mengecap mendidikan
teologia dan Bekerja/melayani secara full time, itulah sebabnya dapat dikatakan
Pendeta itu adalah Penatua FULL TIME[3].
Munculnya para sintua pada gereja Batak
Dalam jemaat pertama yang didirikan oleh Nomensen ditunjuklah
4 orang dari warga jemaat untuk membantu dalam bidang penggembalaan, perawatan
orang sakit dan dan dalam pelayanan Firman. Mereka ditunjuk bukan karena sudah
di didik, tetapi mereka menjalankan tugasnya atas penilaian Nomensen sendiri
(mengikuti pola perengrutan penatua di Perjanjian Baru, dimana para rasul yang
memilih dan menetapkan penatua) , bahwa mereka menunjukkan kemampuan untuk itu.
Mereka menjalankan tugasnya dengan sukarela tanpa imbalan gaji. Diangkatnya
Sintua/penatua ini adalah suatu proses belajar bagi jemaat untuk melihat bahwa
iman mereka sebagai tanggungjawab sendiri. Ketika penginjilan makin menyebar
didaerah Silindung, diangkatlah dua orang penatua untuk setiap kampung. Mereka
berperan penting untuk pengembangan injil dikampungnya. Selain itu mereka juga
ditugaskan untuk mnegunjungi
kampung-kampung disekitarnya, yang belum Kristen, dalam hal inilah para penatua
memiliki tugas untuk melakukan kunjungan keluarga pada anggota jemaat di
wik/daerahnya, sambil berusaha mencari domba yang hilang yang belum perccay di
kampung lain. Lothar Scheider merumuskan peranan mereka sedemikian indah,
demikian : Di kampung yang kebanyakan
penduduknya masih parbegu, para penatua itu mewakili gereja. Di kampung-kampung
yang didalamnya telah didirikan jemaat-jemaat cabang, kehidupan jemaat berkisar
di sekitar-jemaatma mereka, malahan para
penatualah yang menjadi “gembala yang sebenarnya” dari jemaat-jemaat desa itu. Dalam dasawarsa
pertama tak terbayangkan beratnya menjadi sintuap yakni penatua jemaat karena
hal itu berarti menjadi pembantu zendeling. Tetapi , dengan semakin mantapnya
kekuasaan colonial, maka jabatan itu menjadi jabatan yang disukuai (Screiner
Lothar, Injil dan Adat, hal 49-50)
Dalam perkembangannya hingga masa gereja modern saat ini
jabatan penatua ini menjadi salah satu
intrumen penting dalam tugas pelayanan di gereja meski beberapa gereja memiliki
peraturan yang berbeda dalam cara pengangkatan para penatua ini. GBKP dan GPIB
misalnya memakai system periodik dan pemilihan secara terbuka, sementara gereja
lain seperti HKBP dan GKPI misalnya memilih system penrengkrutan penatua dari
usulan anggota jemaat yang ada dalam Wijk/sector/lingkungan yang bersangkutan
kepada Pengurus Harian Jemaat untuk seterunya di ajukan kepada pendeta untuk
diteliti sesaui dengan persyaratan yang berlaku. Setelah dinyatakan sesaui
dengan persyaratan maka akan diadakan pembinaan bagi calon penatua selama
paling tidak 1 tahun dengan meliputi materi yang sudah ditentukan. Setelah itu
baru dilaksanakan penahbisan, dan jabatan ini akan berlaku seumur hidup tidak
system periodic.[4]
APA DAN SIAPA PENATUA ITU?
Dari penjelasan singkat tentang
proses muncul dan berkembangnya jabatan penatua mulai dari gereja Mula-mula
hingga gereja modern saaat ini maka dapat disimpulkan bahwa Penatua adalah satu
jabatan gerejawi, yang dimunculkan demi memperlancar pelayanan penggembalaan,
pengajaran dan penerapan disiplin dalam kehidupan gereja local secara khusus
dan gereja secara sinodal pada kasus-kasus tertentu. Penatua adalah jabatan
yang diemban atas penunjukkan Rasul, Jemaat, yang dilihat sebagai perpanjangan
tangan TUhan Yesus. Itulah sebabnya kuasa Penatua adalah kuasa Rohani atau
Kuasa Firman dan bertanggung jawab pada Allah secara langsung. Penatua adalah jabatan yang diemban secara
sukarela, tanpa paksaan dan bukan jabatan untuk memperoleh keuntungan karena
jabatan ini tidak memilik system penggajian, dan bukan juga diterima oleh
karena ikut-ikutan, tetapi harus betul-betul menerima dan melaksanakan tugas
kepenatuaan itu secara tulus dan sukarela. Penatua adalah rekan sekerja pendeta
dan pelayan tahbisan lainya dalam gereja yang bertugas untuk memperlengkapi
seluruh warga gereja untuk membangun gereja dan mendewasakan iman warga gereja
(band Ef 4:11-16). Oleh karena itu penatua adalah pelayan yang melayani bukan
untuk dilayani, sebagaimana Kristus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk
melayani (bnd Markus 10:45)
Siapakah Penatua? Seseorang yang terpanggil
dan diproses untuk menjadi seorang Penatua pada hakikatnya dia sedang mengemban
suatu “panggilan spiritual” (rohani). Sebab dalam mengemban tugas sebagai
seorang Penatua, seseorang dipercaya untuk secara formal melaksanakan tugas panggilan
sebagai hamba Tuhan yang melayani jemaat. Pelayanan seorang Penatua tidak
bersifat individual, tetapi dilaksanakan bersama-sama dengan para Penatua yang
lain dan Pendeta. Karena itu syarat utama untuk melaksanakan jabatan Penatua
adalah mengutamakan kualitas rohani yang baik dan dapat diteladani, serta mampu
bekerja sama dengan para Penatua dan Pendeta. Oleh karena itu kuasa yang
dimiliki oleh Pendeta dan Penatua bukan kuasa jabatan, kuasa militer, Kuasa
IPTEK, kuasa Ekonomi atau kuasa adat. Melainkan “KUASA SPIRITUAL” YAITU KUASA ROH DAN FIRMAN.
Oleh karena itu Penatua tidaklah cukup hanya mengajar, tetapi
juga apakah dia dapat menjadi penasihat yang bijaksana dan teladan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena makna
seseorang yang dipanggil untuk menjadi seorang Penatua bukan hanya saat dia
bertugas di gereja; tetapi juga apakah dalam kehidupan sehari-hari dia
mencerminkan sebagai seorang hamba/pelayan Tuhan di tengah-tengah keluarga dan
pekerjaannya. Nasihat Firman Tuhan yang perlu diperhatikan adalah: “Perhatikanlah
semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu,
karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang
yang mendengar engkau” (I Tim. 4:15-16). Dan Norma untuk pemberitaan Firman dan
pelayanan yang dilaksanakan oleh Pendeta dan penatua adalah NORMA PERTANGGUNGJAWABAN KEPADA TUHAN.[5]
Siapakah PENATUA ITU Dalam gereja
GKPI?:[6]
1.
Mereka
adalah Pelayan dalam Gereja untuk memperhatikan keadaan anggotajemaat yang
dipercayakan pada pelayanan mereka. Supaya mereka menegur saudara-saudara yang
kelakuannya menyimpang dari ajaran Tuhan kita, atau memberitahukannya kepada
BPH Jemaat dan Pendeta, supaya mereka turut berusaha memperbaikinya.
2.
Membimbing
warga jemaat, supaya rajin mengikuti setiap kebaktian. Dan kalau diantara
mereka ada yang malas, supaya ditanya apa sebabnya.
3.
Membimbing
anak-anak supaya rajin datang ke Sekolah Minggu
4.
Mengunjungi
irang-orang sakit, dan menolong mereka sesuai dengan kemampuan, tetapi yang
terpenting ialah mengingatkan Firman Tuhan kepada mereka dan mendoakan mereka.
5.
Menghibur
yang berdukacita karena kemalangan atau kesengsaraan, supaya mereka memperolah
pengharapan yang hidup dalam Tuhan
6.
Membimbing
orang-orang yang sesat dan penyembah berhala, supaya mereka mengaku
kesalahannya dan bertobat; agar mereka turut memperoleh hidup yang kekal disisi
Tuhan.
7.
Membantu
mempersiapkan segala keperluan pelayanan dalam peribadatan, persembahan dan
berbagai usaha untuk kemuliaan Tuhan.
Demikianlah penatua itu memiliki identitas dan tugas-tugas
yang jelas sebagai hamba Tuhan, yang berkerja demi dan hanya untuk kemuliaan
Tuhan.
Pdt. Dirgos Lumbantobing
[1]
Disusun oleh Pdt Dirgos L Tobing, STh dari berbagai sumber sebagai bahan
pembinaan calon penatua di GKPI Pos Kebaktian Bukit Indah tahun 2011/2012
[2]
Andar Ismael, Phd. Majalah Bahana, 2009
[3]
Sebagaimana dikatakan oleh Bapak Bishop GKPI Pdt. P Sipahutar, MTh dalam
pembinaan Vikar di PA MAMRE 16 Maret 2011
[4]
LIh Persyaratan calon penatua dalam kumpulan peraturan GKPI BAB 22 hal 129-132
[5]
Lihat P3I GKPI Bab XII tentang Jabatan Gerejawi point 5
[6]
Lih Tugas-Tugas Penatua didasarkan pada Agenda GKPI Hal 90 adalah sbb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar